Badung, Pos Bali – Kegiatan wedding dengan konsep mewah dan megah di Bali kian digandrungi oleh masyarakat, khususnya golongan kelas menengah. Hal ini menyebabkan pelaku usaha yang bergerak di bidang jasa pernikahan seperti wedding Organizer (WO) kian menjamur. Namun sayangnya, demi meraup untung banyak terkadang kesempatan ini pun dimanfaatkan oleh WO abal-abal alias ilegal.
“Ini karena banyak sekali wedding organizer (WO) yang ilegal. Yang rugi selain pelaku bisnis wedding profesional, juga turut menyeret nama baik Bali, “Ungkap Ketua Umum Bali Wedding Association (BWA), Deden Saefulloh, SE, MM, Sabtu (20/12) di sela acara Seminar dan Expo BWA terkait bisnis pernikahan dan cara mudah dalam mengurus izin usahanya di Sunset Garden Convention Center, Hotel Harris Badung.
Tak bisa dipungkiri Bali sebagai tujuan wisata dunia juga menjadi destinasi baru, yakni lokasi favorit untuk menggelar acara pernikahan yang disasar oleh tamu domestik maupun internasional. Hal ini, dinilai Deden sebagai pemicu para pengusaha untuk ikut menikmati kue wedding yang menggiurkan. Sayangnya, tak sedikit pelaku bisnis tersebut yang bermain curang.
“Misalnya saja, ada WO yang tidak komit dan kurang profesional. Mereka tidak hadir saat hari H digelarnya wedding, mereka lari begitu saja. Padahal tamu sudah bayar, kan bahaya,” tambahnya.
Selama ini, sejak BWA berdiri bulan April 2014 lalu di bawah naungan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Deden mengaku banyak tamu komplain ke pihaknya. Hal ini tentu dikhawatirkan akan menjadi bumerang bagi para pelaku usaha serupa yang profesional dan legal di daerah ini.
“Tamu yang komplain, pasti langsung ke medsos (media sosial). Kalau itu dibaca tamu lain dan calon pengantin maka terkesan WO di Bali tidak profesional. Ini tentu merugikan pelaku usaha wedding lainnya dan nama Bali”, tegasnya.
Untuk menyikapi masalah itu, di bawah naungan BWA yang sudah diakui oleh organisasi pariwisata di Bali dan pihak pemerintah, Deden mengaku siap memberikan proteksi atas keberadaan WO nakal yang berkeliaran di Bali. Pihaknya juga akan memediasi sekaligus mengklarifikasi atas keluhan ataupun komplain yang diterima oleh para calon pengantin yang melangsungkan acara wedding jika tidak memuaskan atau kurang profesional.
“Kita pastikan bahwa, hal-hal yang seperti itu (WO nakal, red) bukan dari member kami. Kalau memang ada, pasti kita tindak sesuai dengan aturan yang berlaku,” tegasnya.
Hampir delapan bulan berjalan, organisasi wedding di bawah bendera BWA sudah memiliki 50 pelaku usaha yang bergerak di bidang WO, seperti wedding venues, catering, florist, entertainment-equipment, photo-video, dan fashion-make up.
Menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015 nanti, diprediksi banyak WO luar negeri yang menyasar Bali sebagai sasaran empuk. Ia pun mewanti-wanti jika pelaku bisnis lokal tidak siap, dipastikan bakal jadi penonton.
Untuk menguatkan posisi tawar WO lokal, pihaknya mengajak pemain bisnis wedding lokal bergabung dalam wadah BWA. Lantas, apa benefit yang bisa diperoleh ? Ia mengaku pertanyaan tersebut sangat sering disodorkan oleh pelaku usaha. Ia menjelaskan ada beberapa keuntungan yang diperoleh, diantaranya nilai kepercayaan yang lebih jika tamu memakai jasa wedding di BWA. Disamping itu, mediasi dan proteksi saat ada masalah di samping membantu promosi. “Yang jelas sesuai visi kami ingin menjadikan Bali sebagai tempat wedding the best in the world.”008